Saturday 16 April 2016

Hujan Permata

Banyak sekali hal yang bisa kita bincangkan. Tidak sedikit kesamaan atau cerita-cerita yang mampu mencipta senyum bahkan tawa. Hari-hari dilalui dengan hati. Tidak ada yang menyakitkan. Tidak pernah ada lelehan air dari kelopak mata kecuali karena bahagia. Dulu.

Sering aku berpikir untuk pergi. Menjauh dari lakon yang hanya menoreh luka batin. Namun mengapa sampai sekarang kakiku masih berpijak di lantai rumah beton ini? Diriku pun tidak benar-benar mengerti. Mungkin karena Rein. Atau janji pada almarhumah ibumu untuk tetap setia menjadi istri anaknya.

Kamu tahu?

PAPA MINTA PULSA!

'Tolong kirimi pulsa 50.000, Ma. Dompet Papa ketinggalan.'

Ijah mengernyit. Sms dari 088888888888.

"Oke, pakai nomer hp pun bisa," ucapnya.
 
Pspsps ... Bibir Ijah komat-kamit beberapa detik.
 
'Beres. Tunggu aja, Pa. Pulsanya udah aku kirim, dalam bentuk santet.' Sent.

"Biar tahu rasa!"

***

Fiksi Mini pertama yang aku buat di grup FB. Bersejarah ini, harus diabadikan :D

Thursday 14 April 2016

Yang Terabaikan

Di sebuah rumah mewah ....

Plaaakkk!!!
Tamparan keras akhirnya mendarat di pipi merah itu.
 
"Ini ketujuh kalinya," ucap Winda lirih sambil memegangi pipinya.
 
"Aku akan melakukannya yang kedelapan, kesembilan bahkan keseratus!" teriak Jamil geram.


"Kau tidak sadar, Mas."
 
"Masih berani bicara!" Tangan kanan Jamil terangkat tinggi,

Wednesday 13 April 2016

Desember yang Basah

"Saya ingin meminang putri Bapak, untuk menjadi teman di sisa hidup saya." Mata lelaki di depanku itu memancarkan sinar kesungguhan.
 
"Kau berjanji akan membahagiakannya?" Seorang laki-laki lain yang lebih tua memastikan. Dialah ayah.

"Tentu, saya berjanji."

"Tidak akan menyakitinya?" Ayah masih belum puas.
 
 "Tidak akan pernah," jawabnya mantap.

"Baiklah,

Mengapa Menulis?

Sudah cukupkah bekal kita?

Kehidupan dunia merupakan perjalanan menuju kampung abadi yaitu akhirat. Selayaknya melakukan suatu perjalanan, tentu dalam hidup ini pun memerlukan bekal untuk sampai ke tujuan dengan selamat (baca: masuk surga). Apa bekalnya? Berupa akumulasi pahala yang nantinya akan ditimbang di Hari Penghisaban/Pembalasan. Dengannya (pahala) ... akankah mengantar kita ke surga, atau malah melempar ke neraka.

Merasa fakir pahala, saya memilih "menulis"

Tuesday 12 April 2016

Di Malam Purnama

Di malam purnama di tepi danau, Embun sumringah menatap wanita di sebelahnya. Lama tak bertemu sosok hawa membuatnya keranjingan*. Ia mengulurkan tangan, “cantik, boleh tahu namanya? Saya pria terpopuler di kompleks sini, Embun.”
.
“Yul,” jawab wanita itu singkat tanpa mengacuhkan tangan Embun.
.
Jawaban dingin itu memaksa Embun menarik tangannya dan mengikuti arah pandangan Yul yang tak berhenti mendongak.
.
“Rembulan tak lebih cantik dari paras tirusmu, Yul,” rayu Embun sambil menggaruk bulu dadanya. Sesekali ia menaikkan posisi

FOKUS


Rian bingung dengan senapan yang ada di tangannya. Tak satupun senjata pernah ia taklukkan dengan baik. Karena ia hanya melihat itu di film-film.
.
Rian mencoba untuk tenang. Fokus dengan tujuan. Dipegangnya erat senapan itu dengan pangkal terjepit di ketiak kanan. Telapak tangan kanan meraba sisi kanan senapan, lalu jari telunjuk masuk ke lubang pemantik peluru. Dan telapak tangan kiri menyangga bagian laras senapan.
.
'Ah, andai aku nggak menyanggupinya,' sesal Rian. Laki-laki paruh baya itu tak pernah mampu menolak permintaan, terlebih dari orang yang dicintai. Tapi penyesalan tak mampu mengubah situasi saat ini. Ia harus membuktikan bahwa keberaniannya bukanlah isapan jempol.
.
"Ayo, Rian, kamu pasti bisa." Sebuah suara manja membuat Rian menoleh cepat. Sesaat mereka beradu senyum.
.
"Sssttt!"

Kumpulan Fiksi Mini

Aku sedang belajar membuat Fiksi Mini, lho ... Hitung-hitung belajar merangkai kata dengan cepat. 
Beberapa judul tersusun karena sebuah event kecil-kecilan di grup Facebook. 
Dan aku akan update coretan ini sedikit demi sedikit. Maklumlaah ... namanya juga belajaarr :D


KECELAKAAN | Menghempaskan masa depan dua sejoli itu yang akan menikah besok.


AKU INGAT | Lima tahun lalu ayah berjanji memberiku seorang adik. Kini janji itu terpenuhi, tapi bukan dari ibuku.