Dia penulis terkenal. Saya yakin seperti itu. Karya-karyanya nangkring di banyak media cetak. Pertanyaan diri, "berapa ya honor yang dia terima tiap bulan? Kayaknya ngalahin pegawai kantoran." Hehe grin emotikon.
Terus terang saya belum pernah membaca karyanya. Baru malam ini saya sempatkan menengok salah satu cerpen penulis muda itu yang dimuat di media cetak. Ceilee ... sesibuk apakah diriku ini sehingga berani menggunakan kata "sempat"? Pejabat atau politikus bukan. Penulis profesional juga belum.
Lalu apa yang terjadi? Berharap mendapat inspirasi tentang ciri tulisan yang tembus media, eh malah kebingungan yang saya terima.
Begini. Secara teknik, penokohan, alur dan konflik, karya itu bagus. Sangat bagus malah. Saya belum tentu bisa membuat seperti itu. Ralat, mungkin belum untuk saat ini. Smile emotikon.
Tapi kalau bicara tentang apa yang ada dalam buku 101 Dosa Penulis Pemula karya Pak Isa Alamsyah, ternyata banyak dosa yang dilakukannya. Seperti serangan aku/saya, dia/ia dan -nya. Banyak sekali, hampir di setiap paragraf. Namun dosa-dosa itu tertutupi oleh poin-poin yang saya sebut di atas.
Sesuatu yang mengganjal hati saya sebagai seorang penulis pemula, sebenarnya sastra itu seperti apa? Apakah dosa yang ditulis oleh Pak Isa mempengaruhi kesusastraan sebuah karya yang diminati media publik?
Last but not least, jadi karya sastra seperti apa yang bisa pecah media? Terus terang saya butuh uang untuk membeli diaper si kecil.